Darul Islam-NII dan Kartosuwirjo

 

Judul  Buku      :  Darul Islam-NII dan karatosuwriyo “ Angan-angan yang Gagal”

Judul Asli          :  Darul-Islam: Kartosuwiryo Kamp Um Einen Islamischen Staat Indonesiaen

Penulis              : Dolk H.Dengel

Penerbit             : PT.Pustaka Sinar Harapan

Kota Terbit        : Jakarta

Tahun Terbit      : 2011

Desain Sampul  : Yosef

Penata Letak      : A.Herda

Cetakan             : Kedua

Buku ini menyajikan hasil penelitian yang menguraikan tentang usaha untuk mendirikan negara Islam Indonesia, didasarkan atas Disertasi yang berjudul “ Darul Islam: Kartosuwirjos Kampf um einen Islamischen staat Indonesian yang pada bulan juli 1985 diajukan kepada fakultas Filsafat Universitas Hedelberg untuk mencapai gelar doctor dalam bidang sejarah. Penelitian dilakukan di Indonesia pada tahun 1981 s/d 1983 yang didanai sebagain besar oleh Deuscher Akademischer Austauschdienst (DAAD).

Adapun pembahasan dari karya ini terdiri dari enam Bab  yakni:

Pada Bab I menjelaskan tentang Pergerakan Kartosuwirjo pada awal pergerakan kebangkitan Nasional Indonesia. Ini ditunjukkan dalam kegiatan di redaksi Fadjar Asia. Ia mengasah intelektualnya dengan menerbitkan berbagai artikel yang menunjukkan cara pandang politik yang non-koperatif kepada Belanda. Bahkan ia mengkritik elit Jawa yang bekerjasama dengan pihak Belanda. Selain itu pandangan politik Islam tumbuh dalam memperjuangkan kemerdekaan.  Selain itu, Kartosuwirjo bergerak dalam organisasi Syarikat Islam yang berubah menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia)

Pada Bab II menjelaskan tentang peranan Kartosuwirjo pada masa pendudukan jepang. Peranannya yang semula Nasional bergeser menjadi regional yang fokus di wilayah Priangan. Hal ini tidak lepas dari sikap konsekuen untuk Hijrah. Namun, pada tahun 1943, ia mulai aktif kembali dalam bidang organisasi sosial ketika menjadi sekretaris dalam Majelis Bait al-Mal, sebuah organisasi kesejahteraan dari MIAI (Madjelis Islam Alaa Indonesia) yang dibentuk di bawah pimpinan Wondoamiseno. Selain itu  ia bekerja di Jawa Hokokai yaitu perhimpunan kebaktian rakyat Jawa yang didirikan Jepang. Kartosuwirjo bekerja yang tugasnya mengumpulkan data-data ekonomi dan informasi penting lainnya. Pada masa itu kartosuwirjo sering ditugaskan di berbagai provinsi dimana ia harus mengontrol penyerahan beras. Konsekuensi Kartosuwirjo untuk tidak mengambil bagian dalam politik, yang menunjukkan ia tidak mengambil sikap apapun berkaitan dengan politik nasional. Pendapatnya mengenai situasi selama masa pendudukan Jepang baru dinyatakan setahun kemudian .

Bab III menjelaskan tentang jalan menuju sebuah negara Islam, proses ini tidak lepas dari bagaimana tokoh politik Islam menyalurkan aspirasi politiknya dalam partai politik Islam. Akhirnya yang menjadi wadah ialah Masjoemi yang telah ada pada masa Belanda dan didirikan kembali pada tanggal 7-11-1925 di Yogyakarta. Semua struktur tokoh politik Islam masuk ke dalam organisasi tersebut, termasuk Kartosuwirjo yang diberikan peran sebagai Sekretaris Dewan Eksekutif. Awal muncul revolusi yang dilakukan Kartosuwirjo ialah ketika terjadinya perundingan Renvile yang merugikan Indonesia.  Pada tanggal 1-2 Maret Cipendeuy di daerah Cirebon terjadi konferensi yang hadir pimpinan-pimpinan cabang Masjumi daerah Jawa Barat  seperti dari Banten, Jakarta, Bogor, Priangan, Cirebon dan juga komandan TII.  Keputusan dari konferensi tersebut ialah menetapakan Kartosuwirjo selaku Imam di Jawa Barat dan mengangkat tujuh anggota pimpinan pusat. Dari sini Kartosuwirjo mendirikan juga Madjilis Islam Pusat (MIP) sebagai ganti dari Masjumi di Jawa Barat. Sehingga struktur organisasi pusat hingga ranting memiliki kesamaan dengan Masjumi. Bahkan ia meminta untuk mengundurkan diri sebagai wakil Masjumi di Jawa barat, setelah diterapkannya perjanjian Renvile. Sampai sait itu Kartosuwirjo mengharapkan pendirian Negara Islam secara legal. Apakah dengan persetujuan pemerintah di Yogyakarta atau kejatuhan pemerintah RI. Bahkan Kartosuwirjo mengirimkan kurir ke panglima Sudirman di Yoggyakarta dan menuntut agar diangkat sebagai panglima untuk jawa Barat supaya semua jajaran TNIO di daerah itu berada di bawah pimpinannya. Deklarasi negara Islam yang dipimpin oleh Kartosuwirjo tampak nyata, ketika terjadi Agresi Militer Kedua tahun 1948. Akhirnya pada tanggal 7 Agustus 1949 memproklamirkan Negara Islam Indonesia di Cisampah, daerah Cisayong yang dihadiri segenap anggota Komandemen .

BAB IV menjelaskan tentang konsep negara Islam Ciptaan Kartosuwirjo. Penjelasan yang disajikan ialah bagaimana reorganisasi militer negara Islam Indoenesia, serta usaha Negara Islam Indonesia menentang Republik dan Isu adanya bantuan Luar Negeri. Selain itu terdapat usaha-usaha penyelesaian konflik secara damai  namun gagal yang akhirnya aksi militer yang dilakukan untuk menghentikan berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh NII.

BAB V menjelaskan tentang berakhirnya Negara Islam Indonesia yang mana Kartosuwirjo di adili di pengadilan militer angkatan Darat dan dijatuhi hukuman mati pada tanggal 16 Agustus 1962.


Posting Komentar

0 Komentar