Seni Menghadapi Hidup dalam Prespektif Islam




Ujian yang diberikan merupakan keniscayaan yang tidak dapat dibantahkan. Dari berbagai prespektif teologis, sosial, kemanusiaan mereka meyakini bahwa tiap manusia mengalama yang disebut dengan ujian. Bentuk ujian tentu berebeda-beda apakah itu musibah, sakit, kehilangan anak, kesangsaraan dalam hidup dan lain sebagainya.  Al-Qur’an menegakan hal tersebut bahwa  manusia pasti di uji. Sebagaimana pada surah al-Baqarah[2]:155 :


 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” 

Quraish Shihab menafsirkan bahwa ayat tersebut memberikan gambaran bahwa ujian memang sesuatu yang harus dihadapi, namun yang perlu dilihat ialah bagaimana sikap menghadapi ujian tersebut. Maka orang-orang beriman menunjukkan sikap sabar dalam menghadapi berbagai persolan yang dihadapi.  Sehingga ayat tersebut ingin memberikan nasehat :

“ Wahai nabi sampaikanlah kepada umatmu berita suka cita yang menggembirakan kepada mereka yang sabar dengan hati dan ucapannmu karena tidak ada yang dapat melindungi dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabran”

Teradapat dua prinsip yang menarik berkaitan dengan sabar,  Pertama ialah  patience yang berarti bertahan menunggu sesuatu hingga waktunya datang. Sikap ini mengajarkan kita bahwa berbagai kesusahan dalam kehidupan tidak akan salamanya terus menimpa, adakalanya masa untuk menikmati kebahagiaan. Disinilah pentingnya sabar dengan prinspip Patience. Kedua, sikap sabar dengan persistence yakni sabar konsisten melakukan sesuatu hingga mencapai target yang diinginkan. Prinsip kedua menunjukkan sikap untuk berupaya mencapai tujuan yang didapatkan dengan bersabar.

Jadi kalau diibaraktan bahwa sabar tersebut menunjukkan dua sisi yang saling berhubungan, satu sisi sabar ditunjukkan dalam proses bertahan atas yang didapatkan , sedangkan yang kedua sabar dalam proses menahan diri terhadap apa yang diinginkan.

Dua prinsip sabar tersebut memang tidak mudah diterapkan? Kenapa karena ada musuh yang  berupaya untuk menghancurkan sikap sabar yang dimiliki manusia. Musuh tersebut dapat terbagi menjadi dua yakni secara eksternal dan internal. Secara eksternal ganguuan ini ialah dari Syetan yang memepengaruhi jin dan manuisa. Sebagaimana pada surah al-Nas ‘ minal jinnati wa al-Nas”. Sedangkan kedua yang paling penting ialah musuh dari internal manusia sendiri yakni hawa nafsu. Sebagaimana nabi  bersabda setelah pulang dari perang Badar. Beliau menyampaikan kepada para sahabat, “Kita baru pulang dari perang kecil dan akan menghadapi perang yang paling besar.”Para sahabat bertanya, “Apakah perang yang paling besar itu, yaa Rasulullah?” Beliau menjawab, “Perang melawan dirimu sendiri!”

Dari artikel ini, setidaknya kita termotivasi bahwa kehidupan yang kita jalani tidak lepas dari ujian dengan berbagai bentuk yang akan dihadapi. Oleh karena itu, seyogianya munusia mempersiapkan perisai diri yakni sikap sabar. Sikap ini penting dimiliki untuk mendapatkan kebahagian setelah melewatinya. RA.Kartini pernah berkata habis gelap terbitlah terang, atau orang bijak berkata habis hujan terbitlah pelangi.


Posting Komentar

0 Komentar