Gharib al-Qur'an


Gharib al-Qur’an secara bahasa terdiri dari dua kata yakni gharib dan al-Qur’an. Kata gharib berasal dari bahasa Arab yang bermakna asing, tersembunyi atau samar. Sedangkan al-Qur’an ialah kalamullah yang mana membacanya mendapatkan pahala dan memahami maknanya mendapat petunjuk. Adapaun definisi gharib al-Qur’an menurut ulama ahli al-Qur’an ialah sesuatu lafadz  ataupun ayat al-Qur’an yang mesti dijelaskan cara membacanya, karena berbeda dari keumumannya.

Sekurangkurangnya terdapat 5 bacaan gharib al-Qur’an yang mesti dipahami dan dihapal yakni.

Pertama, Imalah yang bermakna memiringkan bacaan fathah  ke bacaan kasrah. Dalam al-Qur’an hanya ada satu surat yakni surat Hud  ayat 41  yang terdapat lafadz majraha namun dibaca jadi majreha. Seperti pada ayat di bawah ini :

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Kedua, ialah isymam yang mana mencampurkan  bacaan  dhammah dengan bacaan sukun disertai gerakan mulut yang dimajukan. Seperti mengucapkan huruf U. bacaan Isyamam dalam al-Qur’an hanya ada satu yakni pada surat Yusuf  ayat 11 yang lafadznya la  ta’manunna menjadi laa tamanna .

قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ

Ketiga, saktah artinya ialah diam sejenak ketika membaca suatu ayat tanpa mengambil nafas 2-4 harakat. Ayatnya ialah

Surat al-Kahfi ayat 1 terakhir :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (1) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا(2)

 

Surat yasin  ayat 52 :

قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ

Al-Qiyamah ayat 27:

وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (27) وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ (28)

Keempat, tahsil yang bermakna keringanan atau kemudahan. Ini menunjukkan pada ayat tertentu yang sulit diucapkan oleh orang Arab. Seperti pada surat  Fushilat ayat 44:

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Pada alafdz aa’jamiyyun, huruf alif keduanya dihilangkan menjadi a’jamiyyun.dengan sedikit dipanjangkan 2 harakat.

Kelima, naql yakni memindahkan  harakat ke huruf sebelumnya seperti surat al-Hujurat ayat 11:

 

بِئْسَ اْلِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Pada lafadz yang awal dibacanya bi’sal ismu, menjadi bi’salismu, alif matinya dihilangkan langsung kepada lam kasrahnya.

 

Catatan dalam musfah al-Qur’an terdapat tanda bacaan yang garib seperti saktah yang disimbolkan dengan سكتة , lalu imalah dengan امالة, isymam dengan simbol اشمام , tanda tashil dengan simbol تسهيل dan tanda naql dengan bentuk نقل

Posting Komentar

0 Komentar