Isra’mi’raj dan Virus Corona: Kesabaran dan Shalat Sebagai Penolong

  


  Dua istilah tersebut sekilas tidak ada hubungan, antara Isra’ mi’raj sebagai proses spritual nabi Muhammad SAW dan virus Corona  yang melanda seluruh dunia. Bagi umat Islam Isra’ dan Mi’raj nabi Muhammad SAW merupakan proses spritual yang memberikan pengaruh  penting bagi perjalanan dan pengembangan dakwah Islam. Proses sejarah yang terjadi sebelum nabi Isra’ mi’raj berada pada titik terendah dalam berdakwah yakni  nabi ditinggal oleh pamannya  Abu Thalib yang selalu membela, lalu istri tercinta yang mendampingi  perjuangannya yakni Khadijah.  Dua  sosok yang selalu membela nabi  akhirnya wafat.
  Hal tersebut  memberikan dampak lebih kerasnya kafir Quraish untuk menggangu nabi,  sahabat dan pengikutnya dengan melakukan penyiksaan dan aspek sosial lainnya seperti ketika Rasulullah SAW berdakwah ke Thaif dengan harapan mendapatkan sambutan dakwah Islam, namun mendapatkan lemparan batu, kayu, kotoran. Disinilah nabi berada dalam titik terendah dalam kehidupannya, sehingga  Allah memperjalankan nabi dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa dan diangkat ke Sidratul Muntaha dalam semalam yang  menghasilkan Shalat.
   Peristiwa tersebut memberikan hikmah bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi wabah virus corona yang melululuh lantahkan berbagai aspek kehidupan dari aspek ekonomi, sosial, budaya  yakni shalat dan Sabar sebagaimana firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 154  “ wahai orang-orang yang beriman mohonkanlah pertolongan dengan sabar dan Shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Dua pondasi ini harus sama-sama dibangun oleh seluruh lapisan masyarkat, khususnya umat Islam. Karena shalat merupakan pondasi spritual bagi orang-orang beriman. Orang yang menegakkan shalat tentu dalam dirinya memiliki sikap optimisme bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah SWT, dan tiap-tiap kesulitan akan selalu ada kemudahan  surat al-Inshirah ayat 5-6. Selain itu terdapat riwayat dari Imam Ahmad dan Abu Daud bahwa nabi ketika mendapatkan masalah, selalu mengerjakan shalat. Pondasi kedua ialah sabar, terdapat pemahaman yang salah bahwa sabar ini dimaknai sebagai kepasrahan total tanpa melakukan perbaikan. Padahal sabar adalah sebuah proses aktif untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, ketika satu cara gagal maka akan mencara yang lain inilah yang dimaknai sabar. Sehingga seluruh lapisan masyarakat setelah menegakkan keyakinan secara spritual maka harus diaktualisasikan dalam proses pencegahan dan penghobatan terhadap virus Corona secara disiplin.


Posting Komentar

0 Komentar