Cintaku Masih Dipersimpangan Jalan

   
    Ditemani secangkir kopi aku bercengkrama dengan khalik Gibran merenungi puisi monumentalnya tentang cinta “kenapa kita menutup mata ketika kita tidur, ketika kita menangis ketika kita membayangkan.  Itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat, ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita , kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang dinamakan cinta. Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, seseoarng yang tidak ingin kita tinggalkan, tapi… melepaskan bukan akhir dari dunia melainkan awal dari kehidupan  baru, Kebahagian ada untuk mereka yang tersakiti mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah mencoba karena merekalah yang bisa menghargai  betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka. Cinta yang sebenarnya ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya adalah dia ketika tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia adalah ketika mereka mencintai orang lain dan kamu masih bisa berkata ‘aku turut berbahagia untukmu’. Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu biarkan hatimu kembali ke alam bebas  lagi . Kau mungkin menyadari bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya, Tapi ketika  cinta itu mati kamu tidak perlu mati bersama cinta itu. Orang yang bahagia bukannlah mereka yang selalu mencapai keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka  jatuh,entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan . Kamu belajar lebih banyak dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. Cintamu akan tetap ada dihatinya sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang kau buat. Teman sejati mengerti ketika kamu berkata ‘aku lupa…’ menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘ tunggu sebentar..’tetap tinggal ketika kamu berkata ‘tinggalkan aku sendiri..’ membuka pinta mesti kamu belum mengetuk dan belum berkata ‘ bolehkan saya masuk?’. Mencintai juga bukanlah bagaimana  kamu melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,  melainkan bagaimana kamu memafkan. Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu mengerti. Bukanlah  apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa. Bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu bertahan. Mungkin akan tiba saatnya kamu akan berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita . Melainkan bahwa kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagi apabila kita melepaskannya. Kadangkala orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tidak menyakatan cinta kepadamu, karena takut kau berpaling dan memberi jarak. Dan bila suatu saat pergi kau akan menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari.
Pertanyaan kecil tergambar dalam benakku, Aku Ingin seperti dia cinta tanpa beban, cinta tanpa transaksi dan cinta tanpa bayaran, tapi siapakah dikau yang mau memberikan cinta tanpa transksi dan tanpa bayaran,  Masih adakah cinta yang tulus? Lalu aku mencari jawaban dalam puisi jalaluddin al-Rumi, bahwa tanda-tanda kamu memang benar-benar jatuh cinta ialah kamu tidak egois, tidak lagi memikirkan keuntunganmu apa, jika kau masih menghitung keuntungannya  apa, itu bukan cinta, melainkan perniagaan. Maka siapakah yang harus dicintai? Yang memberikan ketulusan tanpa ada paksaaan, yang memberikan kehangatan tanpa cercaan, yang memberikan kebaikan tanpa imbalan.  
Mencari siapa yang harus dicinta, membuat secangkir kopi  yang ku minum habis, kesal dalam diriku karena kopi yang menemani pagiku, dengan memberikan  kenikmatan habis, sehingga akupun beranjak berdiri mengambil kopi dan meninggalkan pertanyaan siapa yang memberikan cinta tanpa transaksi?.

Posting Komentar

0 Komentar